VIVAnews - Tragedi pembantaian warga sipil di Houla, Suriah, menjadi
perhatian dunia. Perserikatan Bangsa-bangsa mengirimkan tim peninjau.
Indonesia juga turut serta dalam misi PBB tersebut.
"Kita juga bagian dari tim peninjau PBB, saat ini ada 16 perwira kita
baik dari kepolisian atau TNI yang bertugas sebagai observer masalah
Suriah," kata Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa di Gedung DPR, Rabu
30 Mei 2012.
Marty menegaskan, Indonesia mengutuk keras aksi pembantaian yang diduga
dilakukan rezim Bashar al-Assad itu. "Tentu kita mengikuti dengan
seksama dan mengecam keras aksi pembantaian yang terjadi beberapa waktu
terakhir ini," kata dia.
"Dan kita secara konsisten meminta pemerintah Suriah menghentikan
kekerasan terhadap warga sipil yang tidak berdosa, bukan hanya mengimbau
dan menuntut, kami kira membutuhkan dialog," tambah Marti.
Sebelumnya, sejumlah negara telah mengusir diplomat Suriah sebagai
buntut pembantaian itu. Pada Selasa 29 Mei 2012, melaporkan pemerintah
Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Kanada dan
Australia telah mengumumkan pengusiran diplomat Suriah.
Dugaan pembantaian itu terjadi pada Jumat pekan lalu. Setidaknya 108
orang --34 di antaranya anak-anak--- tewas. Sekitar 300 lainnya terluka.
Sebagian besar korban dilaporkan tewas karena ditembak maupun ditusuk.
Pemimpin Suriah menolak tudingan pembantaian ini. Mereka balik menuding
pembantaian dilakukan oleh pemberontak untuk menggagalkan proses
perdamaian dan memancing intervensi kekuatan Barat.
Sementara itu, Kofi Annan, utusan PBB dan Liga Arab, bertemu dengan
Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Selasa pagi. Dalam pertemuan itu,
Annan menyampaikan keprihatinan komunitas internasional terhadap
kekerasan di Suriah, khususnya tragedi di Houla. (umi)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar